Kamis, 01 Februari 2018

Harapan VS Fatamorgana

Berakit-rakit ke hulu,
berenang-renang ke tepian,
bertugas-tugas dahulu,
bertoga-toga kemudian.

Kadang, kita mempersalahkan keadaan yang tidak sesuai harapan. Padahal boleh jadi, kita yang sejatinya keliru menempatkan harapan. Terkadang kita menyalahkan bunga yang tidak bermekaran di sekitar tempat tinggal kita, padahal mungkin?, kita yang khilaf karena memilih padang gersang sebagai tanah untuk bermukim. Saat-saat tertentu kita menyalahkan air yang tak kunjung ada untuk penghilang gerah, padahal bisa saja kita yang lupa menyediakan wadah untuk menadah hujan.

Dua pekan sedikit penuh keluh dan rintihan, terasa beda. Pikiran terasa lebih ekstra, dan diri serasa lebih sering sendiri, jarang ngobrol dan ngumpul sekarang ni :( .

Rasional penelitian, dan plan pembuatan media menjadi fokus awal kami menjejaki perkuliahan awal 2018. Pakaian sedikit acak kadut, jilbab miring sana sini, peluh tiada terbendung, dan mata panda yang semakin melengkung menjadi kisah kasih pembuka layaknya ucapan selamat datang.
Air mata ada, meski tidak semua dari kami menitikannya. Depresi pun begitu, rasanya ingin pulang saja. Bahkan perasaan kurang fokus dan kurang memaximalkan belajar selalu menghantui hingga berwujud khawatir.

Bukan tanpa sandungan, dari kami ada yang harus berpikir keras karena laptop untuk mengerjakan tugas sedang tidak berkondisi baik, mencari telapak tangan siapa yang terbuka lebar berbagi resah, ketika laptopnya sedang tidak terpakai. Dari kami ada yang diuji dengan masalah bertumpang tindih, belum lepas satu, lekat lah satu yang lain.

Mengharapkan leha-leha dalam perkuliahan tentu hanya fatamorgana, kami sadar, kami tahu itu! Tapi, tahunya kami akan itu tak lantas membuat kami tanpa keluh, kesah. Kami manusia biasa. Mungkin harapan kami untuk sedikit santai adalah cara kami mencari kebahagiaan, menciptakan kesenangan sendiri, meski tidak berwujud di alam nyata, meski akan berujung kecewa. Karena kami sadar, kami sendiri yang memilih tempat bermukim ini, dunia ini. Dunia untuk orang-orang yang siap mengecap pahitnya menuntut ilmu, demi menyingkirkan hinanya kebodohan sepanjang hidup. Hamparan bagi pejuang-pejuang yang telah ber azzam untuk membanggakan keluarga, sanak saudara, khususnya orangtua.

Dataran yang menjadi saksi akan kening yang tidak jarang mengkerut memikirkan entah tugas mana, saksi akan debaran hati yang was-was menanti nama pembibing yang tidak juga di upload, saksi akan gelisah karena syarat kelulusan yang belum kami paham untuk dijajaki, saksi akan kekhawatiran masa-masa akan datang akan seperti apa ceritanya, saksi akan tetesan pilu dan rindu tidak berkesudahan untuk kampung halaman, menjadi saksi akan pelukan-pelukan sepi ingin pulang bertemu saudara, ayah bunda di tanah kelahiran.

Kawan, semoga malaikat mulia penjaga bagian kanan kita selalu sibuk mencatat amalan-amalan langit, pahala kesabaran dan kesyukuran kita.
Tetap Semangat :*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar