Sabtu, 11 November 2017

Senin dan Selasa : Menunggu


Senin 07.00-08.40 lanjut 13.10-15.50
Selasa : 07.00-08.40 lanjut 15.10-16.50

Esok, Senin selasa yang nestapa,

Gumam kami dalam hati setiap minggu melambaikan tangan perpisahan di malam hari.
Kami kuliah pagi buta, lalu jeda panjang sekitar 4-6 jam. Mau pulang, nanggung. Tinggal di kampus, ngantuk. Mahasiswa manapun yang kami ceritakan keadaan ini, pasti akan memberi respon kata-kata kasihan, atau dengan bahasa tubuh yang menggeleng-gelengkan kepala. Tentu saja makna nya sama. Ya gak?

Ada nestapa, ada bahagia.

Ada jeda, ada gazebo sebagai markas kita.

Ada menunggu, ada cerita yang beradu.

Waktu berjalan, dan hikmah pun mulai bisa dipandang.

Kami mnunggu, hampir seperempat hari. Lama, kedengarannya. Tapi tidak, kenyataannya.
karena menunggu, kami jadi selalu punya agenda bermakna selepas kuliah.

Makan bersama, contohnya.
kami yang sebagian besar tidak sempat sarapan sebelum ke kampus, tentu akan memikirkan perut selepas kuliah pagi. Nasi yang dibawa dari kos, dan lauk yang dibeli di kantin Pasca, titip beli atau dimasakkin mba Ririn, menjadi keseharian kami untuk bertahan hidup di tengah hirup pikuk perkuliahan. *lebay, hahhaa

Nah, tentu. Ditengah forum makan bersama, akan ada cerita yang mengalun perlahan, lalu disambut dengan cerita-cerita lain, sampai makanan kami habis. Lalu? Setelah makanan habis?

Lanjut lagi, ceritanya...haha
Dalam perbinangan ini, kami bisa saling mengenal, lebih mengenal. Tidak hanya nama dan asal daerah.

Dari sini, kami tahu siapa diantara kami yang tidak begitu suka makanan pedas; yang porsi makannya banyak, yang porsi makannya dikit banget; yang hobi makan sayur; yang pintar masak; yang gak suka makan santan; yang gak begitu suka gorengan, atau mungkin yang katanya hobi masak tapi belum pernah dibuktikan,hahhaa.

Karena menunggu, kami sampai saling tahu cerita tentang keluarga kami masing-masing. Tahu kalau teryata diantara kami ada yang terlahir sebagai anak tunggal, anak pertama, atau anak kedua. Tahu bagaimana masing-masing dari kami berinteraksi dengan keluarga di rumah, bagaimana orangtua memperlakukan kami masing-masing, bagaimana orangtua kami berkorban untuk sekolah kami, sampai bagaimana setiap dari kami memantapkan diri kuliah Pasca di Malang.

Karena jeda, kami saling tukar bahasa, melabuhkan keluh kesah, melontarkan curahan hati, atau bahkan lebih dari sekedar berbagi kisah, kami bisa saling berbagi air mata.
Terkadang.

Hampir 4 bulan kami menunggu di hari senin dan selasa, dan ternyata menjalaninya tidak se-nestapa yang dibayangkan pada mulanya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar